SEMARANG,RSN – Dalam rangka bulan Suro dan memasuki bulan Kemerdekaan RI ke 78, Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti bekerjasama dengan Gerakan NKRI Sehat dan karawitan Sangkatama Upgris mengadakan serangkaian kegiatan antara lain Sarasehan Seni Budaya dengan tema “Membedah Anatomi Pedalangan” dan Pagelaran wayang kulit dengan lakon “Jumenengan Ratu Agung” tanggal 3 Agustus 2023 di Gedung Cagar Budaya “Sobokartti” Semarang.
Hadir dalam acara tersebut selain pengurus dan anggota Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti, juga hadir para guru sekolah, beberapa mahasiswa peminat kesenian Jawa, pengurus Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), para dokter yang tergabung dalam Gerakan NKRI sehat dan masyarakat umum peminat kebudayaan kesenian Jawa.
Karawitan Sangkatama Upgris mengawali sarasehan dengan melantunkan lagu – lagu perjuangan seperti Garuda Pancasila, Halo – Halo Bandung, Sorak – Sorak Bergembira, NKRI Sehat dan gending Sangkatama.
Narasumber dalam sarasehan yang dimoderatori dr. Agung Sudarmanto, MM itu adalah Pranowo Sentot Sakirno, SH dan Bambang Sulanjari, SS, MA. Sedangkan RT Soeradji Hadi Kusumo PD bertindak sebagai keynote speaker. “Untuk melahirkan seorang dalang tidaklah mudah. Diperlukan ketlatenan dan ketekunan. “ kata Ki Soeradji , panggilan akrabnya RT Soeradji Hadi Kusumo PD, seorang pelatih karawitan senior yang juga telah cukup gigih melahirkan dalang muda.
“Untuk menjadi dalang yang top tidak dapat terjadi secara instan, perlu “laku” dan proses. Dahulu, kebanyakan seorang menjadi dalang karena unsur keturunan, atau juga dikenal dengan dalang sejati. Namun setelah muncul berbagai lembaga pendidikan, sekolah pedalangan atau kursus yang bergelut dalam bidang pedalangan, maka mulai muncul dalang yang bukan karena faktor keturunan. Yang menjadi modal penting bagi seseorang yang ingin menjadi dalang harus suka wayang, karena dalang itu harus mengetahui karakter masing – masing wayang termasuk dialeknya yang khas dari masing – masing wayang, mau belajar dan “nyantrik, ” kata Pranowo Sentot Sakirno, SH.
Selanjutnya juga dikatakan bahwa menjadi dalang bisa dikatakan sulit namun bisa juga bisa dikatakan tidak sulit. Kalau seseorang bisa temen atau bersungguh – sungguh , tekun, telaten mesti tekan atau sampai pada tujuannya.
Narasumber lain Bambang Sulanjari, SS, MA, membedah anatomi pedalangan dari sisi “anatomi suluk” yang meliputi arti, jenis, nama, fungsi, bentuk dan sebagainya. “Fungsi suluk yakni untuk menantapkan suasana yang ingin dibangun sesuai dengan adegan dalam pagelaran wayang. Selain itu juga menjadi penanda peralihan suasana dalam sebuah adegan dan menjadi tanda pergantian nada laras musik gamelan,” papar Bambang Sulanjari, SS, MA.
Menurut Bambang Sulanjari, wayang telah mengalami tiga fase perjalanan, yakni masa Hindu, masa Islam dan masa modern. Jaman Hindu , wayang yang dimainkan penuh simbol filosofis kehidupan. Cara memainkan wayangpun terikat pada simbol – simbol filosofisnya. Jaman Islam, wayang menjadi suluk, penuh ajaran – ajaran kebijaksanaan, namun di jaman modern nilai – nilai luhur yang menempel dalam pewayangan menjadi hilang dan berubah menjadi sekedar sebagai permainan sebagai hiburan.
Pagelaran wayang kulit “Jumenengan Ratu Agung” yang digelar setelah sarasehan “Membedah Anatomi Pedalangan” digawangi oleh dua orang dalang muda Ki Ariel dan Ki Jagad Bilowo. Wayang kulit bercerita tentang Prabu Puntadewa yang hendak menyelamatkan raja yang disandera Jalasandha hingga akhirnya Prabu Puntadewa dijadikan Ratu Agung dan Prabu Kresna dijadikan sebagai Pamong Agung.
Ketika ditemui awak media RT Soetrisno Budoyo Dipuro selaku Ketua Umum Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti menjelaskan bahwa pagelaran wayang Jum’at Pahingan sudah merupakan acara rutin, sedangkan acara sarasehan yang diadakan Sobokartti merupakan sarana untuk memasyarakatkan dunia pewayangan di masyakarat sekaligus sebagai pertanggungjawaban moral Perkumpulan Sobokartti kepada masyarakat mengingat “Sobokartti” merupakan pusat belajar seni budaya Jawa di Semarang.
“Sasaran sarasehan kami kali ini adalah para guru – guru SD hingga SLTA, dengan harapan agar apa yang diperoleh selama sarasehan dapat ditularkan ke peserta didiknya, sehingga wayang termasuk anatomi pedalangannya dikenal semakin luas,” kata RT Slamet Riyanto WD selaku ketua pelaksana pagelaran sasarehan dan wayang kulit. (Sanki W)
Tidak ada komentar