SEMARANG,RSN – Sabtu 9 Desember 2023 Gedung Kesenian dan Cagar Budaya “Sobokartti” Semarang yang biasanya menjadi tempat pagelaran wayang kulit dan tari digunakan untuk pelatihan “Bantuan Hidup Dasar” atau Basic Life Support. Acara tersebut terselenggara atas kerjasama antara Perkumpulan Seni Budaya “Sobokartti” Semarang dengan Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) Jawa Tengah dalam rangka memperingati HUT KREKI yang ke lima.
Hadir dalam acara HUT tersebut antara lain segenap pengurus Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti dan Pengurus KREKI Provinsi Jawa Tengah, sedangkan peserta pelatihan datang dari berbagai kalangan, baik dari mahasiswa, dalang, penabuh gamelan, para sinden serta masyarakat umum yang berminat mengikuti pelatihan.
”Ada peserta dari Kabupaten Pati Ketua Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) Kabupaten Pati dan Ketua Umum Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti-pun mengikuti latihan,” kata salah seorang Panitia Pelaksana. Pelatih Bantuan Hidup Dasar selain dr. Agung Sudarmanto, MM juga dr. Mulyo Prasedyo, MH dari KREKI Jawa Tengah.
RT Soetrisno Budoyo Dipuro selaku Ketua Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti dalam sambutannya menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh KREKI. “Mudah – mudahan pelatihan yang sangat bermanfaat ini dapat dilakukan para peserta pelatihan apabila menjumpai orang yang mengalami henti jantung,” Kata Mbah Trisno Sobokartti , panggilan akrab RT Soetrisno Budoyo Dipuro
Sambil memukul gamelan saron slendro ketika memberikan teori Bantuan Hidup Dasar (BHD) , Agung menganalogikan memukul gamelan seperti melakukan Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support.
“Seseorang yang memukul gamelan agar gamelannya berbunyi dengan baik tentu perlu paham bagaimana cara memukul gamelan, seberapa kuatnya, berapa frekuensi pukulanannya, juga keteraturan memukulnya, dan dimana gamelan harus diletakkan saat memukul, di tempat datar yang keras atau di tempat yang lunak dan labil. Demikian juga apabila seseorang yang melakukan Bantuan Hidup Dasar ketika hendak menolong korban yang henti jantung perlu mengetahui lokasi tempat pijat jantung, berapa senti kedalaman pemijatannya, berapa kali pijatan dilakukan, berapa frekuensinya dan sebagainya. Dan, penolong perlu mengetahui di mana korban yang henti jantung itu harus diletakkan, yakni di tempat yang aman bagi korban, aman bagi penolong dan aman bagi lingkungan,” kata Agung Sudarmanto saat memaparkan teori Bantuan Hidup Dasar dalam acara yang bertepatan HUT Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) Provinsi Jawa Tengah.
“Bantuan Hidup Dasar adalah tindakan untuk menyelamatkan korban yang mengalami henti jantung, Tindakan penyelamatan ini harus dilakukan sesegera mungkin karena ketelambatan penanganan akan berpengaruh pada hasil tindakannya. Keterlambatan 10 menit saja angka kebehasilan tindakan tinggal 1 %.” kata Agung.
Sementara dr Mulyo Prasedyo, MH yang dikenal juga sebagai Ketua PDUI Kabupaten Pati itu juga memberikan arahan praktik Bantuan Hidup Dasar yang benar. “Semua peserta harus mencoba melakukan Bantuan Hidup Dasar dengan benar, karena selepas pelatihan ini bagi yang sudah mampu melakukan BHD akan mendapat sertipikat dan sekaligus sudah terdaftar sebagai Relawan Emergensi Kesehatan,” kata Mulyo yang juga anggota MKEK IDI Wilayah Jateng.
Selain memberikan pelatihan praktik, dr. Mulyo juga memberikan marteri tentang kegawat daruratan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari berikut penanganannya yang dapat dilakukan oleh masyarakat awam, seperti mimisan, tersedak, perdarahan di kepala, teriris pisau. (Sanki W)
Tidak ada komentar